Pagi itu terasa sama seperti
biasanya bangun pagi, shalat subuh dan bersiap kesekolah dengan isi tas yang
tak terlalu berat. Aku bingung harus bagaimana menanggapi cerita teman aku
mengenai cerita cintanya yang membuat semua orang yang telah mendengarnya
berkata “sebenernya kamu itu orangnya terlalu sabar atau terlalu tolol?”.
Dia berjalan seperti tak ada
semangat untuk pergi kesekolah aku melihat temanku yang satu ini berbeda dari hari
sebelumnya terlihat murung dan rasa gelisah terlihat jelas dari raut muka yang
ditunjukannya. aku tak berbuat apa-apa hanya memperhatikannya dari jauh agar
dia tidak begitu curiga.
Selesai pelajaran pertama aku
kira senyumnya akan kembali terlihat tetapi yang terlihat hanya rasa kegelisahannya
yang semakin tergambar dari wajahnya. Entah apa yang dia pikirkan hanya saja
sedari tadi rasa gelisah yang terlihat dibarengi dengan genggaman tangan yang
begitu erat pada handphone-nya , saat
itu aku memilih untuk terus diam mungkin hanya kegelisahan akan suatu hal yang
belum saatnya untuk diceritakan.
Pada saat jam istirahat semua
telah meninggalkan kelas untuk pergi kekantin yang tersisa hanya kami berempat,
aku tahan semua pertanyaanku padanya atas apa yang terjadi sehingga membuatnya
bergitu gelisah. Dalam keheningan dia bercerita atas apa yang terjadi, semua
sangat membingungkan ketika pria yang mulai mengetuk hatinya perlahan
menyelinap masuk dan mempunyai ruang tersendiri memberikan pengakuan akan
hatinya yang telah mendua. “dulu sebelum dia nyatain cintanya sama aku dia
pernah nembak perempuan lain tapi udah lama belum dijawab, dia pikir cintanya
udah ditolak tapi setelah sepuluh hari aku jadian sama dia perempuan itu ngasih
jawaban kalau dia terima cintanya. Dia jujur sama aku kalau sekarang dia jadi
bimbang disatu sisi dia udah mulai sayang sama aku tapi disisi lain hatinya
yang pernah kosong terisi lagi sama orang yang membuatnya terasa kosong. Aku
bingung harus gimana aku juga udah terlanjur sayang sama dia”
Saat itu dia bercerita sembari menangis
aku dan teman-temanku hanya bisa diam karena apa yang dia rasakan belum saatnya
kami untuk menanyakan akan hal lainnya, yang kami lakukan hanya memberinya
dukungan lewat senyuman. Aku tak tahu apa rasanya menjadi wanita yang mendapat
pengakuan bahwa pria yang disayanginya mendua, entah apa yang akan aku lakukan
menangiskah, berteriak, memcaci atau aku akan tegar dengan semua yang terjadi
entahlah itu sangat membingungkan serasa untuk sekedar membayangkannya saja
terlalu pedih untuk dirasakan.
Dua hari setelahnya, disaat
senyum dan tawanya sudah kembali terlihat aku tanyakan akan tindakan yang dia
lakukan setelah mengetahui pengakuan yang begitu menyakitkan. Tidak aku sangka
untuk hal ini aku bingung hatinya terbuat dari apa, memang diawal begitu kesal
sampai saat belajarpun dia tak fokus. “aku gak tau caranya melepas rasa sayang
ini sudah terlalu banyak sampai saat dia membuat kesalahan hati ini masih bisa
memaafkan meskipun sakit, aku beruntung tahu dari sekarang kalau dia mendua
entah bagaimana dengan perempuan yang disana. Sampai saat ini aku belum bisa
membuat keputusan, yang aku pilih masih diam ditempat yang sama senyum yang
sama dan yang berubah hanya satu, rasa sayang aku sama dia semakin besar “.
Pada dasarnya hati perempuan itu
sama ‘selalu memaafkan’ hanya caranya saja yang berbeda. Ada yang mencaci terlebih
dahulu kemudian memaafkan, ada yang menangis kemudian memaafkan dan yang lebih
menyakitkan ketika kita memaafkan kesalahannya dengan ketegaran tetapi ketika
dia beranjak pergi kemuadian tangis yang tak henti-hentinya keluar terus
menerus. Itu terjadi bukan karena dia ingin dianggap perempuan tegar tetapi dia
tak ingin kehilangan kamu lebih jauh lagi, sakit yang dia rasakan belum sebesar
ketika kamu berjalan pergi meninggalkan semuanya.
Dari kekasihmu yang selalu menunggu kepastian
good lah good .. !! :)
BalasHapus