Senin, 23 Juni 2014

Jarak dalam ruang



Aku tak tahu, ini semua dimulai sejak kapan dan di mana. Aku pun tak tahu selama ini apa yang telah aku perbuat kepadamu, hanya saja perubahan sikap itu begitu nampak sampai aku tak tahu harus bersikap seperti apa jika berhadapan denganmu. Aku bingung, aku ingin kamu yang dulu, aku ingin kita yang dulu bukan yang sekarang!

Di sekolah, kita berasal dari kelas yang sama. Kamu duduk di pojok meja paling depan, berhadapan dengan meja guru. Dan aku duduk di jajaran ketiga darimu, hanya saja aku tidak duduk di meja pertama, aku duduk di meja kedua. Iya, kita hanya terhalang dua meja dan empat kursi, tapi itu semua tidak menghalang kedekatan kita sebagai sahabat. Karena di kelas hanya ada sepuluh orang siswi dari jumlah tiga puluh murid, jadi tidak menutup kemungkinan persahabatan antara laki-laki dan perempuan bisa terjalin. Dan salah satunya adalah aku dan kamu.

Kamu anak rantau dan aku hanya anak perempuan yang masih berlindung dari balik mamahnya. Kamu mandiri dan aku hanya anak bungsu dari dua bersaudara, yang benar-benar membuat kita sama, keceriaan dan perilaku kita yang suka bercanda, itu saja. Tapi itu bisa membuat kita begitu dekat sampai ada beberapa temanku dari kelas lain yang bertanya "kalian begitu dekat. Apa kalian pacaran?" Dengan pertanyaan itu aku hanya bisa melongo dan menjawab dalam hati " Apa aku sedekat itu? Sampai-sampai orang lain mengira kita pacaran?"

Tak sedikit pun aku menyangka akan ada pikiran bahwa kedekatan kita disalah artikan oleh orang lain. Aku tak mengerti mengapa, hanya saja saat bersamamu, aku merasa nyaman seperti tak ada jarak di antara kita. Kamu sering bercerita tentang kelucuan keluargamu hingga membuat aku tertawa lepas, tak jarang kamu pun bercerita tentang keluh-kesahmu sebagai anak rantau. Bahkan aku tidak menyangka kamu pun akan bercerita mengenai hubunganmu dengan dia, kekasihmu. Cerita yang menurutku terhitung pribadi. Dan dari cerita-ceritamu itulah aku sedikit mendapat gambaran akan dirimu yang nyatanya begitu mengagumkan.

Setiap harinya saat kita bersama selalu saja ada hal baru yang terjadi. Salah satunya peristiwa saat kamu terjatuh dari motor. Entah mengapa saat di sekolah nampaknya hanya aku yang melihat luka itu, atau memang hanya aku yang sengaja memperhatikanmu? Dan pada akhirnya tanpa sepengetahuanmu aku mencari kotak P3K karena aku tahu kamu tak akan memperdulikan luka itu. Aku obati semua lukanya mulai dari siku, telapak tangan dan jarimu. Aku tahu itu hanya lecet, lecet yang akan besar jika terus dibiarkan. Kamu kaget saat aku langsung meraih tanganmu dan mengobatinya, kamu tak bersuara atau pun menolaknya. Entah mengapa aku pun melakukan hal yang sama setelah aku selesai mengobatinya, dan kamu pun akhirnya mengukir sebuah senyuman hangat. Entah apa arti senyuman itu tapi aku senang melihatnya.

Layaknya persahabatan biasa, pertengkaran pun sering terjadi. Entah itu perang dingin atau pun perang panas, tapi setelah itu kita berbaikan kembali. Iya kamu emang baik, tapi terkadang kamu juga nyebelin. Kamu gak pernah bilang “gak mau” kalau aku minta tolong. Dan kamu itu terlalu baik, sampai aku sayang sama kamu. 

Ditahun ini kita sama-sama menginjak usia tujuh belas tahun, kamu Februari dan aku Mei. Saat kamu ulang tahun aku mendiamkan kamu hampir satu bulan lamanya, memang aku tahu itu terlalu jahat. Tapi ini semata-mata hanya satu bentuk kejutan dariku. Dan kamu tahu, saat semuanya berjalan aku masih memperhatikan kamu ko, untuk memastikan semua berjalan dengan lancar.
Tapi apa saat aku berulang tahun kamu ingat? Aku berharap kamu yang pertama memberi ucapan “selamat”. Memberi kejutan dengan kamu datang ke rumahku sambil membawa kue beserta kado? Tidak, bukan itu! Kamu sms atau kasih selamat waktu di sekolah pun buatku itu sudah cukup. Yang penting  kamu ngucapin, setidaknya kamu ingat akan hari ulang tahunku! 

Ah, mungkin kamu hanya ngerjain balik. Yang nantinya aku pura-pura marah terus nanti kamu akan memberikan kejutan. Baiklah, aku tunggu kejutan itu. Sehari, dua hari, seminggu, dua minggu dan sampai menginjak satu bulan kamu sama sekali gak ngasih ucapan itu! Aku tahu dulu aku jahat, terus apa kamu gak lebih jahat disaat aku sayang sama kamu sebagai kakak dan tiba-tiba kamu berubah dengan mudahnya?

Bersikap begitu dingin saat kita bertemu, bersikap begitu acuh saat aku akan memulai pembicaraan. Apa salah apabila aku merasakan keanehan ini? Sekarang aku merasa di antara kita seperti ada jarak yang membentang jauh, tapi nyatanya kita berada di dalam satu ruangan yang sama. Apa kamu merasakan ini semua, tapi terlalu aneh jika kamu tak merasakannya.

Aku sedih melihat kita seperti ini. Kemudian aku berpikir “apakah aku punya salah sama kamu?” apa memang kamu nyaman bila kita seperti ini? Aku terlalu bingung untuk menebak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Tolong, jelasin semuanya biar aku mengerti akan apa yang terjadi!
Bisa gak kita seperti dulu lagi? Aku terlalu sakit melihat kita seperti ini, terlalu berjarak. Apa gak bisa kita seperti dulu lagi? Kalau gak bisa, apa bisa saat kita bertemu tidak ada kecanggungan yang terasa untuk memulai pembicaraan, hanya itu saja cukup. Apa kamu malu untuk itu semua? Apa mungkin harus aku yang selalu saja memulai untuk menanyakan “kenapa kamu berubah?”

Aku berharap kita akan seperti dulu,
sebagai sahabat.

Sabtu, 07 Juni 2014

Diam


Kadang semua tak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Contohnya saja dengan satu hal ini, CINTA. Sebagian orang menganggap bahwa cinta dimasa SMA hanya ‘cinta monyet’ saja. Entahlah! Siapa yang merumuskan itu semua mungkin dia belum merasakan akan hal ini.

Disaat itu aku baru menginjak kelas sebelas SMK dan kamupun baru menginjak kelas duabelas SMK. Kita berada disekolah yang sama hanya berbeda jurusan saja. Mungkin disaat itu hanya aku saja yang mengenal kamu. Mungkin hanya aku saja yang mengagumimu dan mungkin hanya aku saja yang mulai membuka hati ini. Entahlah! itu semua hanya peristiwa yang memuakan!

Mungkin aku yang salah memperhatikanmu dari jauh dan tanpa sadar semuanya berubah menjadi rasa kagum yang berlebihan. Sebelumnya aku tak pernah menyadari akan semua hal itu, hanya saja ketika aku melihatmu rasa ingin tau selalu menghantui. Iya aku tau! aku bodoh selalu mengagumimu secara diam-diam tak berani mengungkapkan kalau aku sayang sama kamu. Tapi tak bisakah kamu memperhatikan aku yang diam-diam mencintaimu ini?

Pernah aku merasa begitu akrab denganmu, semua itu bagaikan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Saat itu semua terlihat hitam dan putih hanya saja ketika aku melihatmu tertawa begitu lepas tak mengerti bagaimana caranya hanya kamu saja yang berwarna, hanya kamu saja yang tak hentinya membuat aku terdiam untuk beberapa saat dan tersenyum malu. Tapi itu semua tak ada gunanya ketika hanya aku saja yang merasakannya, kamu tau saat ini aku begitu sakit! Sakit yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Rasa sakit ini begitu membekas sehingga mencapai puncaknya ketika aku mengetahui kamu telah dengan yang lain.
Bodohnya aku begitu percaya suatu saat kamu akan melihat pada perempuan yang diam-diam menyukaimu ini. Untuk saat ini, ketika air mata tak hentinya keluar kamupun tak sedikipun melihat ke arahku. Toloong! Bisakah kamu rasakan apa yang aku rasakan saat ini, begitu sakit ketika kamu dengan yang lain. Begitu perih ketika melihatmu tersenyum manis dengan penuh cinta sembari jemarimu menggenggam tangan lembutnya?

Oh iya aku lupa, aku hanya seorang pengagum tak tau diri dan tak tau malu berani mencintaimu dari jauh tapi ketika kamu dengan yang lain aku meratapinya. Ini sebuah kekecewaan dengan sebab yang tak jelas. Andai aku punya pengontrol hati, tak akan ku biarkan rasa sayang ini terbuka begitu lebar hanya untuk orang seperti kamu.

Dan hari ini, bersama tugas yang begitu membingungkan aku hanya bisa bilang ‘masih mencintaimu walau dari jauh’. Aku tau aku tak pantas berbicara seperti itu, hanya saja tak mungkin untukku untuk memohon untuk kamu mencintaiku. Tapi aku hanya minta satu hal darimu jangan pernah kamu memintaku untuk melepaskan rasa ini karna itu membutuhkan waktu dan pengorbanan yang lebih.

Dari pengecut yang tak tau diri
Yang masih menunggu kamu walau kamu tak pernah menyadarinya